Epilepsi merupakan salah satu jenis penyakit saraf yang menyerang sistem saraf pusat, khususnya otak. Kondisi ini ditandai dengan kejang berulang yang tidak terprovokasi, terjadi akibat adanya gangguan aktivitas listrik di otak. Meskipun seringkali menimbulkan kekhawatiran, pemahaman yang baik tentang penyakit saraf ini dapat membantu individu yang mengalaminya dan orang-orang di sekitarnya untuk menghadapinya dengan lebih baik.
Menurut data dari Yayasan Epilepsi Indonesia per tanggal 1 Mei 2025, diperkirakan lebih dari 2 juta orang di Indonesia hidup dengan epilepsi. Serangan kejang pada epilepsi dapat bervariasi, mulai dari tatapan kosong sesaat hingga kontraksi otot yang hebat dan kehilangan kesadaran. Frekuensi dan jenis kejang yang dialami setiap individu juga berbeda-beda. Beberapa faktor seperti kurang tidur, stres berlebihan, demam tinggi, atau bahkan perubahan hormonal pada wanita dapat memicu terjadinya serangan pada penderita penyakit saraf ini.
Dr. Ratna Sari, seorang neurolog di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta, dalam sebuah seminar daring pada hari Sabtu, 3 Mei 2025, menjelaskan bahwa epilepsi bukanlah penyakit menular atau gangguan jiwa. “Epilepsi adalah kondisi neurologis yang disebabkan oleh adanya aktivitas listrik abnormal di otak. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari faktor genetik, cedera kepala, infeksi otak, hingga kelainan perkembangan otak,” jelasnya. Lebih lanjut, Dr. Ratna Sari menekankan pentingnya diagnosis yang tepat dan penanganan yang komprehensif untuk mengelola penyakit saraf ini.
Diagnosis epilepsi biasanya didasarkan pada riwayat medis pasien, deskripsi kejang, dan hasil pemeriksaan penunjang seperti Elektroensefalografi (EEG) yang merekam aktivitas listrik otak. Pengobatan epilepsi umumnya melibatkan pemberian obat antiepilepsi (OAE) untuk mengontrol kejang. Pada beberapa kasus yang refrakter terhadap obat-obatan, pilihan pengobatan lain seperti diet ketogenik, stimulasi saraf vagus (VNS), atau bahkan operasi mungkin dipertimbangkan. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit saraf epilepsi. Dengan pemahaman yang benar dan penanganan yang tepat, sebagian besar individu dengan epilepsi dapat menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.